Perangi rasisme, pemerintah Perancis siapkan anggaran Rp 1,4 triliun
Techno.id - Masih segar di ingatan ketika beberapa saat yang lalu sekelompok orang yang mengaku sebagai umat muslim menyerbu markas mingguan Charlie Hebdo dan membunuh 10 wartawan. Kejadian ini tentunya memicu pandangan negatif terhadap kaum muslim, terutama di Perancis.
Pemerintah Perancis mencatat, semenjak kejadian tersebut tingkat rasisme, anti-Semitisme, serta kebencian terhadap Muslim terutama di internet, meningkat tajam di negara yang menjadi kiblat fashion dunia tersebut. Dikutip dari Antara (18/4/15), untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah Perancis sedang menyiapkan rencana aksi tiga tahap dengan nilai Rp 1,4 triliun untuk membantu memerangi anti-Semitisme dan rasisme.
-
8 Aksi teror ini juga pernah terjadi di Prancis, ratusan orang tewas Sejak tahun 1800-an, aksi teror telah terjadi di Prancis dengan berbagai motif.
-
Dunia puji respons Jokowi lebih tepat dibanding Prancis Reaksi cepat Jokowi membuat media asing membandingkan dengan bom di Paris beberapa waktu lalu.
-
Ini kronologi lengkap serangan teror di Paris, sumpah mencekam! Siapa pun pelaku dan dimana pun kejadiannya, aksi teror pantas untuk dikutuk.
Dalam rancangan baru tersebut, kubu Sosialis ingin meningkatkan pemantauan internet, melancarkan lebih banyak kegiatan kesadaran dengan bantuan public figure. Mereka berusaha meningkatkan hukuman bagi penyebar kebencian dan rasisme.
Menurut Collective Against Islamophobia in France (CCIF) diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum muslim melonjak sampai 70 persen setelah kasus penembakan yang terjadi di kantor berita Charlie Hebdo. Selain itu juga, perbuatan anti-Semitisme naik sebesar 38 persen pada 2014, dan jumlah tertinggi dilaporkan di Perancis (laporan dari Kantor Center for Study of Contemporary European Jew di Tel Aviv University).
"Mulai saat ini, orang Yahudi di Perancis tak boleh lagi ketakutan menjadi orang Yahudi dan orang muslim di Perancis tak boleh lagi ketakutan menjadi orang muslim," ujar Manuel Valls, Perdana Menteri Perancis dengan tegas.