Riset mengungkap 62% lansia Indonesia mampu identifikasi hoaks saat Pemilu 2024
Techno.id - Lansia merupakan salah satu kelompok rentan terpapar hoaks di era digital, terlebih di saat Pemilu. Seringkali lansia dianggap rendah literasi digital, namun riset tahun ini dari Tular Nalar menunjukkan sebaliknya dengan temuan baru.
Hoaks paling sering ditemukan adalah mendiskreditkan lawan politik, klaim pencapaian, janji politik yang tidak realistis dan misinformasi mengenai hasil Pemilu. Meski demikian, lansia tidak tinggal diam.
-
Perangi hoaks, Tular Nalar luncurkan situs untuk tenaga pengajar Program ini akan melatih tenaga pendidik tentang cara mengidentifikasi dan memerangi misinformasi.
-
Tangkal informasi hoax, anak milenial perlu tahu ini Gerakan bersama memerangi hoax.
-
Miris, beredar 1.645 hoax terkait capres dan Pemilu 2019 Hoaks untuk Cawapres KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno nyaris nihil.
Sebanyak 91% berinisiatif membandingkan informasi dari beberapa sumber, 84% mencari rujukan untuk verifikasi, 79% memperingatkan orang lain, dan 57% melaporkan hoaks yang mereka temui. Mereka sering mengandalkan Google sebagai platform untuk menemukan data pendukung dan bukti kebenaran informasi.
foto: google/tular nalar
Selain itu, sebanyak 81% responden menganggap televisi sebagai sumber informasi Pemilu kredibel, sementara 79% mempercayai situs berita. Dari sisi identifikasi hoaks, meskipun responden belum pernah mendapatkan pelatihan tentang hoaks, 62% mengaku menemukan hoaks terkait Pemilu dan mampu meresponnya sedangkan 25% kesulitan dalam mengidentifikasi hoaks, bahkan 17% tidak yakin apakah mereka pernah menemukannya. Temuan lainnya menyebutkan, lansia perempuan (79%) lebih percaya diri dalam mengenali serta menangani hoaks dibanding lansia laki-laki (56%).
Google aktif memastikan platform kami tidak digunakan untuk menyebarkan misinformasi, serta membantu pemilih membuat keputusan tepat berdasarkan informasi yang benar. Tahun 2023, Google.org, organisasi filantropi Google, memberikan USD2,5 juta kepada Mafindo untuk memperluas program Tular Nalar meningkatkan literasi digital dan kemampuan berpikir kritis di kalangan pemuda, lansia, dan pendidik Indonesia. Melalui penelitian ini, kami berharap dapat membuat lansia menjadi pengguna internet yang lebih cerdas dan teliti, papar Isya Hanum, Government Affairs & Public Policy Manager, Google Indonesia.
Isya Hanum, Government Affairs & Public Policy Manager, Google Indonesia (foto: google.org)
Program Tular Nalar menargetkan mengedukasi 1,6 juta masyarakat lewat 500 pelatihan Akademi Digital Lansia dan Sekolah Kebangsaan di 38 provinsi. Menurut Program Manager Tular Nalar, Santi Indra Astuti, pada dasarnya, lansia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tetapi kurang kesadaran untuk berhati-hati terhadap hal buruk yang bisa terjadi. Peserta lansia yang telah mengikuti rangkaian kegiatan ini mengungkap bahwa edukasi literasi digital sangat bermanfaat dalam mengenali ciri-ciri dan memperluas wawasan agar terhindar dari hoaks atau bahkan penipuan di platform digital.
Penelitian Formatif Pemilih Lansia ini dilakukan tim Love Frankie dan didukung Google.org. Responden terdiri dari 361 pemilih lansia berusia 50-70 tahun dari berbagai wilayah serta beberapa kota di bagian tengah dan timur Indonesia awal tahun 2024.
RECOMMENDED ARTICLE
- Google menunda peluncuran Android 15 versi stabil hingga Oktober 2024
- Ini alasan mengapa kamu sebaiknya jangan log-in online menggunakan akun Google atau Facebook
- 8 Cara memperbaiki tab Chrome yang terus refresh otomatis
- Cara memperbaiki peringatan “Unduhan Tidak Aman Diblokir” di Chrome
- Fitur Circle to Search bakal hadir di lebih banyak ponsel dan tablet Samsung