Setelah N-219 kini PT Dirgantara Indonesia kembangkan N-245
Techno.id - PT. Dirgantara Indonesia tidak mau berhenti untuk memproduksi burung besi. Setelah merampungkan dengan pesawat berkapasitas 19 orang, kini PT. Dirgantara akan mengembangkan pesawat dengan kapasitas 50 orang.
Pengembangan pesawat yang diberi nama N245 ini merupakan inisiasi dari orang nomor satu di Indonesia Presiden Joko Widodo. "Dia menekankan soal pasar, pesawat yang dikembangkan harus sesuai dengan permintaan pasar," ujar Budi Santoso, Dirut PT. Dirgantara Indonesia saat menghadiri Forum Inovasi Nasional 2015 di Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan.
-
10 Pesawat dan helikopter canggih Indonesia dari masa ke masa Yakin bikin bangga, lho.. Produksi Indonesia tak selalu kalah dengan luar negeri.
-
5 Fakta pesawat N219 yang terbang perdana hari ini Pesawat ini bisa mengangkut 19 penumpang sekaligus.
-
4 Pesawat buatan BJ Habibie ini bikin Indonesia bangga Dikenal sebagai Bapak Teknologi RI, karya BJ Habibie bikin bangga masyarakat Indonesia.
Produk ini dikembangkan untuk bisa bersaing dengan ATR42 dan Q300, yang nantinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara dengan jarak 100-250 nano meter.
Berdasarkan Antara(13/04/15), DI tidak mau mengembangkan pesawat dengan kapasitas penumpang 100 orang karena persaingan di kelas tersebut terbilang berat.
Pesawat N245 saat ini masih masuk tahap riset pengembangan. Walaupun sudah terbilang rampung 70% karena pada bagian sayap dan badan PT Dirgantara Indonesia menggunakan teknologi yang sama dengan saudaranya N235.
Bagian pesawat N235 sudah dibuktikan dan mampu mengangkat beban seberat 23ton, tambah Budi. begitu juga dengan bagian badan pesawat hanya dimodifikasi sedikit panjangnya untuk menyesuaikan dengan kapasitas penumpang.
Namun yang menjadi kendala adalan pada bagian ekor yang masih membutuhkanriset lebih lanjut. Budi menegaskan "yang harus dirampungkan risetnya justrubagian ekor pesawat,".
Selain bodi yang kokoh, PT Dirgantara Indonesia juga memperhatikan kenyamanan penumpang. Menurutnya bagian interior pesawat termasuk kapasitas kabin menjadi menjadi bahan diskusi pertama yang diselesaikan.
PT Dirgantara juga mengembangkan pesawat dengan prinsip tidak lagi mengacu pada riset teknologi tinggi, tapi bagaimana pesawat nyaman digunakan dan memberikan keuntungan bagi bisnis pengusaha.
"Kami tidak lagi membuat riset dengan teknologi tinggi tapi tidak dipakai. Sebuah produk yang disiapkan mampu membuat peengusaha mencapai target bisnis itu yang kami harapkan," imbuhnya.
Di samping itu PT Dirgantara Indonesia menggunakan komponen yang sudah ada untuk menekan biaya produksi prototipe. Bayangkan saja, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 1,5 miliar hingga 2 miliar Dollar US bisa ditekan hingga mencapai 150 juta Dollar US saja.