Startup harus memberi solusi bagi jutaan orang
Techno.id - Di tengah kelesuan ekonomi nasional dan global, ada satu industri baru yang justru terus bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Ya, industri teknologi informasi atau digital di Tanah Air sedang meriah berkat kehadiran perusahaan startup teknologi. Diperkirakan, saat ini ada sekitar 1.500 startup di industri ini.
Iklim industri ini boleh dibilang kian menarik. Pasalnya, tidak sedikit investor luar yang sudah mulai ramai-ramai berinvestasi dalam jumlah besar ke startup Indonesia. Mereka mengaku, kondisi startup Indonesia saat ini seperti AS dan Eropa awal 2000, yang artinya berpotensi dan masih berkembang.
-
Cuap-cuap soal potensi Indonesia, basi! Potensi Indonesia sebagai pasar seharusnya bisa dimanfaatkan untuk bisnis orang Indonesia juga.
-
Tren startup teknologi 2016 merujuk pada tiga hal ini E-commerce menjadi salah satu sektor yang masih diminati sebanyak 13% investor dalam berinvestasi di tahun 2016.
-
Seedstars World: Startup Indonesia miliki potensi tumbuh signifikan Seedstars World yang dikenal sebagai ajang kompetisi startup bergengsi telah memilih 11 startup untuk berkompetisi di Seedstars World Jakarta.
"Kondisi startup Indonesia saat ini seperti Amerika Serikat dan Eropa awal tahun 2000, tapi belum ada key winner di Indonesia. Jadi masih ada potensi untuk change key winner. Dari situ, saya nilai Indonesia masih awal dan mulai berkembang," ujar Sebastian Togelang saat diwawancari KapanLagi Network Group.
Berikut kutipan lengkap M Syakur Usman dan M Ari Atsari dari KapanLagi Network Group dengan Sebastian Togelang, Founding Partner Mountaion Kejora Ventures yang ditemani oleh Adreas Suryas, Vice President Portofolio & Invesment Kejora, perusahaan investor startup di Indonesia di kantornya, kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Bagaimana perkembangan terkini kondisi startup Indonesia?
Kondisi startup Indonesia saat ini seperti Amerika Serikat dan Eropa awal tahun 2000. Karena kami belum melihat pemenang utama di industri ini. Sekarang mulai bertarung di e-commerce. Leading ada Lazada, big name seperti Mataharimall.com sudah masuk. Tapi belum ada key winner di Indonesia. Jadi masih ada potensi untuk change key winner. Dari situ, saya nilai Indonesia masih awal dan mulai berkembang.
Startup Indonesia sekarang mirip di Jerman pada tahun 2001-2012 atau Tiongkok pada 2008. Jadi masih tahap awal, sehingga peluangnya tetap besar. Bukan saya saja yang lihat. Banyak investor masuk ke Indonesia, ini akan mendongkrak startup secara eksponensial. Jadi dalam waktu singkat akan banyak pemain startup yang sangat agresif. Kami sangat dukung ekosistem ini. Jadi sangat menarik lah.
Sektor apa saja yang menarik untuk dikembangkan oleh startup Indonesia?
Indonesia seperti juga dunia. Banyak sektor yang menarik dan aplikatif untuk dikembangkan seperti sektor finance, logistik, marketing, healthcare, dan entertainment. Jadi ada banyak sekali sektor atau bidang di dunia yang juga menarik dan terjadi di Indonesia. Sebagai investor, bagi kami yang menarik adalah making money industry atau MM industry. Kami fokus kesana, karena kami investor.
Kami dipercaya invest time and money di sini. Tujuan kami sebagai investor, dalam tiga tahun, value perusahaan naik.
Buat kami, yang terpenting adalah startup menawarkan solusi digital yang benar-benar solved the problem, bukan nice to heard. Menariknya, solusinya mampu optimalisasi proses atau membantu orang. Contoh, dari harus antre dua jam, dengan dua klik dapat. Atau di Papua dan Kalimantan, dapat beli produk secara online dari semula tidak dapat. Jadi aplikasinya harus helping million people. Itu fokus kami.
Setinggi apa minat investor global terhadap startup Indonesia?
Minat investor global sangat tinggi, akibat time machine effect. Kami lihat yang sudah terjadi di Amerika Serikat, Jerman, Tiongkok, dan India, akan terjadi di negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, yakni Indonesia. Tapi di Indonesia belum ada apa-apa, jadi potensi bisnisnya sangat besar.
Untuk investor global, Indonesia potensi besar. Mereka melihat Indonesia sudah potensial, orangnya ramah-ramah, bisa make money, dan cuacanya juga bagus. Ya sudah, mereka ke Indonesia saja. Setelah itu, Afrika, meski tidak semua investor tertarik.
Meski ekonomi global sedang slowdown?
Untungnya, internet tawarkan benefit di saat krisis. Misalnya, ketika harga jual barang naik, mereka cari yang lebih murah. Dari mana? Justru dari internet. Jadi saat krisis, pelanggan internet justru naik.
Bagaimana dengan minat investor lokal seperti perbankan, terhadap startup lokal?
Minat investor lokal sama besar dengan investor global. Mereka sudah belajar banyak dan tidak seperti dua tahun lalu. Sekarang mereka banyak investasi karena mulai mengerti bisnisnya, dari biasanya investasi di pabrik yang asetnya kelihatan. Slowly but sure, it's come.
Seperti direktur utama Bank Mandiri katakan, sebagai the real classic industry, bank jika tidak bermain di sini, bisnis mereka terancam. Maka dari itu, bank adalah contoh tepat dari bisnis klasik yang berubah ke online. Contohnya untuk mengembangkan satu aplikasi perbankan, jika dikerjakan di IT department satu bank, bisa lebih lama dan lebih mahal hingga 10 kali.
Tapi kalau dikerjakan oleh startup, bisa lebih cepat dan murah. Jadi ini salah satu peluang investor lokal seperti bank untuk investasi di startup. Startup lebih inovatif, kreatif, dan fleksibel. Sudah terbukti, kreativitas bukan dari korporasi, tapi dari young people. Oleh sebab itu, bank bikin venture capital. Begitu pula dengan operator seluluer. Menarik, meski juga banyak tantangannya.
RECOMMENDED ARTICLE
- Galakkan konservasi gajah, Kreavi.com kampanyekan #RiseofTheElephant
- Layanan Call Center 24 jam BukaLapak resmi beroperasi
- Flip berikan solusi transfer antar bank tanpa potongan
- Terhitung sejak sebulan lalu, user Paprika tumbuh lebihi 2 kali lipat
- Reblood ingin Indonesia tak kekurangan stok darah lagi, bantuin yuk!