Strategi Kemenristekdikti hadapi dana riset minim
Techno.id - Dikutip dari Merdeka.com (02/05/15), Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Muhammad Nasir mengeluhkan jika anggaran riset negara hanya sebesar 0,09 persen dari pendapatan kotor negara. Namun, Nasir tetap optimis dan ingin hasil inovasi teknologi lebih maksimal.
"Anggaran riset teknologi tahun ini sekitar Rp. 4,55 triliun, kami akui itu masih rendah sekali. Tapi bagaimana pun anggaran riset itu harus dimaksimalkan," ujarnya dalam konferensi pers seusai upacara Hari Pendidikan Nasional 2015 di kantor Kemenristekdikti, Jakarta.
-
Menristekdikti klaim sudah capai banyak terobosan di tahun 2015 Menteri Muhammad Nasir mengklaim telah melakukan banyak terobosan di sepanjang tahun 2015. Sayangnya ia enggan menyebut secara spesifik
-
Menristek: Indonesia terlalu banyak aturan Menristek akui inovasi teknologi di Tanah Air memang lambat karena terlalu banyak aturan
-
LIPI: Anggaran IPTEK Indonesia masih tertinggal jauh LIPI: Untuk mengejar ketertinggalan, peneliti Indonesia harus menggandeng swasta atau lembaga luar negeri sebagai pendanaan
Nasir tetap memiliki ekspektasi tinggi yang sudah direncanakan dalam Rencana Strategis (Renstra) untuk jangka waktu lima tahun mendatang. Di antaranya adalah menargetkan indeks inovasi Indonesia di tahun 2019 mampu menduduki posisi 26 dunia dengan nilai 4,4. Selain itu, Nasir juga menargetkan 30 produk yang dapat diproduksi massal dari hasil penelitian.
"Target inovasi harus dipercepat untuk mengejar ketinggalan daya saing antar bangsa," ujar pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur tersebut.
Lebih jauh, Nasir melanjutkan bahwa ada dua cara untuk mewujudkan Renstra. Pertama adalah mendorong perguruan tinggi untuk menghasilkan tenaga terampil yang dibutuhkan oleh lapangan kerja. Kedua, menghasilkan inovasi yang memberikan manfaat ekonomis secara langsung bagi masyarakat.
"Harapan masyarakat terhadap perguruan tinggi semakin meningkat, maka mutu harus ditingkatkan," tutupnya.