Tak bisa memahami sarkasme? Mungkin ada masalah di otak Anda
Techno.id - Dalam komunikasi dua arah, ucapan, kata-kata, bahkan bahasa tubuh yang mengandung sarkasme sering dijumpai. Sayangnya, tidak semua orang bisa mendeteksi sarkasme yang dilontarkan lawan bicara, apalagi bila mereka adalah mantan penyandang penyakit stroke.
Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neurocase. 24 orang yang pernah mengidap stroke di otak bagian kanannya dilibatkan dalam riset ini. Hasilnya, ada lima orang sampel dengan kemampuan memahami sarkasme yang sangat rendah. Kelimanya terdeteksi menderita kerusakan di lapisan sagittal bagian kanan.
-
Waspadalah, 5 gejala stroke ini bisa saja mengintai kamu kapan saja! Sekitar 10% dari semua stroke ternyata terjadi pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun dan ternyata wanita lebih berisiko daripada pria.
-
Kerap dianggap sama, kenali perbedaan Bell's palsy dan stroke serta cara pencegahan dan penanganannya Bell’s palsy dan stroke sama-sama menyerang saraf yang memengaruhi gerakan wajah.
-
12 Penyebab stroke, gejala dan cara mengatasinya Perlu diwaspadai agar tak terlambat penanganan.
Kesimpulan dari riset ini salah satunya bertujuan untuk mengedukasi para keluarga mantan pasien tersebut.
"Kami mengabarkan pada keluarganya bahwa kemungkinan para mantan pasien stroke kesulitan untuk memahami sarkasme. Untuk itu, ada baiknya jika mereka berkomunikasi secara harfiah," terang Dr. Argye Hillis seperti dikutip dari LiveScience (8/4/15). Profesor neurologi yang terlibat dalam penelitian ini juga membeberkan alasannya, "Meski mereka memahami kata-kata yang didengar, mereka kerap gagal dalam berkomunikasi."
Menurut peneliti, adalah wajar jika kerusakan lapisan sagittal kanan dalam otak manusia mempengaruhi kemampuan yang bersangkutan dalam mendefinisikan sarkasme. Sebab, bagian tersebut adalah penghubung beberapa bagian dari otak sekaligus, termasuk bagian otak yang mengolah informasi visual dan audio.