Tak semua aplikasi mobile berbayar transparan soal kebijakan privasi
Techno.id - Privasi adalah hal yang belakangan menjadi isu panas di jagat teknologi. Namun ternyata, tak semua pengembang mobile apps memiliki iktikad baik untuk memberi tahu pada user-nya data apa saja yang mereka kumpulkan.
Berdasarkan survei dari TUNE, hampir setengah dari aplikasi berbayar top di iPhone dan Android tidak mempunyai kebijakan privasi (privacy policy). Secara umum, dari total sampel yang terdiri dari 1.055 aplikasi terpopuler berbayar maupun gratis, cuma 70 persen yang memublikasikan privacy policy-nya pada pengguna.
-
5 Kekurangan aplikasi smartphone gratisan yang perlu diketahui Informasi yang perlu kamu ketahui agar kamu bisa bijak menggunakan aplikasi gratisan.
-
Peneliti: 63 Persen aplikasi populer Android punya 'tugas rahasia' Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Android tak hanya rentan diretas, tetapi juga memiliki komunikasi rahasia tanpa sepengetahuan user
-
Google pertimbangkan untuk perkuat privasi keamanan Android Saingi iOS, Google pertimbangkan untuk tingkatkan fitur keamanan dan privasi Android
Mengutip pakar app store TUNE sekaligus pengumpul data ini, Ian Sefferman, pengembang aplikasi gratisan terpantau lebih peduli soal kebijakan privasi daripada yang berbayar. Hal ini sebenarnya tak mengherankan, karena mayoritas aplikasi gratis memang mengandalkan metode monetisasi freemiu. Nah, salah satu bentuknya ialah bertumpu pada iklan. Makanya, privacy policy perlu ada sebagai pedoman utama mereka dalam beroperasi.
"Aplikasi gratisan lebih banyak diunduh... dan lebih sering mendapat request soal kebijakan privasi," terang Ian, seperti dikutip dari Forbes.com (24/03/16).
Fakta ini diperparah dengan masih rendahnya tingkat kepedulian user terhadap data apa saja yang dikumpulkan oleh aplikasi yang mereka gunakan. Bersamaan dengan hasil temuan di atas, TUNE turut menyurvei 4.000 pengguna smartphone di Amerika Serikat dan Eropa. Hasilnya, 30 persen dari mereka merasa tak ada data pribadi mereka yang diambil oleh pihak pembuat aplikasi. Sebaliknya, yang menilai developer terlalu banyak mengumpulkan data user hanya 21 persen.