Teknologi ectogenesis untuk rahim artifisial, digadang-gadang dapat gantikan peran rahim wanita
-
Kontroversi isu etis
Namun, sebelum mencapai tahap tersebut, ada beberapa tantangan dan isu etis yang harus dipikirkan terlebih dahulu. Pertama penjaminan lingkungan rahim artifisial yang aman dan mendukung pertumbuhan janin dengan baik sama dengan rahim pada umumnya. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat reaksi janin terhadap lingkungan yang berbeda dengan rahim manusia. Kemudian muncul pula pertanyaan etis seperti, bagaimana dampak psikologis pada janin yang tidak pernah merasakan kontak langsung dengan ibu kandungnya di dalam kandungan?
-
Rahim tiruan ini pulihkan hewan lahir prematur, bisa untuk bayi nggak? Ini salah satu kehebatan dunia medis.
-
Ilmuwan berhasil menumbuhkan organ tubuh tikus yang sudah mati Para ilmuwan berhasil menumbuhkan potongan kaki tikus yang sudah mati dan ditransplantasikan ke tikus yang masih hidup.
-
Bayi pertama yang terlahir dengan metode Mitokondria Zain Rajani merupakan bayi pertama yang terlahir dari metode mitokondria.
(Foto: Freepik.com)
Meskipun demikian, teknologi ektogenesis juga berpotensi positif membantu pasangan yang kesulitan dalam proses kehamilan. Dalam kasus seperti ini, rahim artifisial dapat menjadi alternatif yang lebih aman dan efektif untuk membantu pasangan memiliki anak.
Namun, seiring dengan potensi positif yang ditawarkannya, teknologi ektogenesis juga memunculkan beberapa isu-isu etis yang patut dipertimbangkan. Salah satunya ialah kekhawatiran untuk dikomersialisasi dan dieksploitasi secara berlebihan. Bayangkan jika nantinya perdagangan anak atau manusia menjadi semakin marak karena kemudahan proses ektogenesis.
Selain itu, teknologi ini juga dapat memunculkan perdebatan tentang definisi keluarga dan peran orang tua. Apakah orang tua yang menggunakan rahim artifisial dapat dianggap sebagai orang tua biologis? Lalu bagaimana dengan hak-hak dan kewajiban orang tua dalam kasus ini?
Untuk mengatasi isu-isu etis yang dapat muncul, diperlukan pengawasan dan juga peraturan yang jelas dan ketat. Para pemangku kebijakan harus dapat memastikan bahwa penggunaan teknologi ektogenesis dilakukan secara bertanggung jawab dan tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.
RECOMMENDED ARTICLE
- Mengenal daging rekayasa laboratorium, diklaim lebih ramah lingkungan
- Cara jadi konten kreator tanpa modal hanya dengan 4 website AI ini
- 4 Jajaran produk ekosistem terbaru Xiaomi untuk mendukung gaya hidup smart living
- Keunggulan Qualcomm AI Engine pada laptop, salah satunya tingkatkan akurasi Voice Recognition
- Cara mudah membuat undangan pernikah digital, nggak perlu keluar duit dan skill editing