Warsito akan ke Polandia demi kembangkan alat penyembuh kankernya
Techno.id - Ingatkah Anda dengan Warsito Purwo Taruno? Pria penemu alat penyembuh kanker berbasis teknologi Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) kabarnya akan segera hijrah ke Polandia untuk melanjutkan penelitian yang sempat disimpulkan belum aman dan belum diketahui manfaatnya oleh Kementerian Kesehatan, Kemenristekdikti, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), dan KPKN (Komite Penanggulangan Kanker Nasional)
Berita hijrahnya Warsito ke Polandia ini diketahui dari postingan status di akun Facebook pribadinya. Dalam postingan tersebut, ia mengatakan jika telah memutuskan untuk memulai pelatihan ECCT secara internasional untuk pengobatan kanker.
-
MenristekDikti: Riset Warsito jangan ditutup, kita bantu! MenristekDikti ke depannya juga akan memperkuat kolaborasi dalam memajukan teknologi kedokteran.
-
Alat penyembuh kanker dipuji Jepang, Indonesia malah suruh hentikan Apakah bangsa ini tidak siap untuk terobosan baru hasil karya anak negeri?
-
Teknologi Indonesia jadi harapan baru terapi kanker dunia Metode baru yang dinamai Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) dikembangkan oleh C-Tech Labs yang dipakai untuk menangani kanker pertama di du
"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kami memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Intitute of Oncology, Warsawa didirikan," tulis Warsito dalam status Facebook-nya.
Kendati demikian, ketika dikonfirmasi mengenai rencana kepindahannya ke Polandia, Warsito mengatakan jika maksud mengawali riset internasional itu bukan berarti dia akan mengembangkan ECCT di luar negeri. Ia mengungkapkan jika tujuannya ke Polandia adalah semata-mata untuk sharing keilmuan mengenai riset kanker.
"Yang benar itu, mengembangkan layanan terapi kanker komplementer di beberapa negara bekerja sama dengan luar. Kita masih berusaha untuk mengembangkan riset dan teknologi serta produksinya di dalam negeri," ujar Warsito sebagaimana dilansir oleh Merdeka (11/2/16).
Ia pun mengatakan jika pemerintah atau lembaga di Polandia tak ada yang menjanjikan apa-apa terkait riset yang dilakukannya. Bahkan, dia memandang jika hasil risetnya memang berguna maka dia mempersilakan dengan senang hati penelitiannya digunakan untuk penderita kanker di Polandia.
"Polandia tak menjanjikan apa-apa. Mereka mau pakai hasil riset kita, buat kita kalau bisa menolong ya kita kasih saja," ujarnya.
Sekadar informasi, penelitian Warsito ini sempat tak mendapat tanggapan positif oleh beberapa pihak terkait di Indonesia. Ia mengaku pernah mendapatkan komentar kurang nyaman oleh salah seorang profesor dari Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia.
"Ada seorang Professor dari FKUI mengatakan bahwa hasil review menyamakan posisi ECCT sekarang disamakan dengan air putih atau sandal jepit, tak terbukti manfaatnya. Seperti yang disebutkan oleh professor itu, itu juga sebenarnya yang membuat kita patah semangat untuk melanjutkan riset kita di dalam negeri: apa yang kita kerjakan selama ini sama dengan NOL, ribuan para penderita kanker yang tadinya sudah hopeless bisa mendapatkan harapan kembali tak dianggap sebagai manfaat," ujar Warsito.